Ada yang pernah nonton acara televisi dari Amerika Serikat yang berjudul 'Bones'? Bag mereka yang berlangganan TV kabel, pasti pernah melihat nama acara ini di Fox Channel meski tidak menontonnya. Boleh dikatakan, meski sudah banyak acara yang mengangkat tema Criminal Investigations dan forensik seperti CSI, NCIS, The Mentalist, dll., Bones memiliki keunikan sendiri karena mengangkat teman yang jarang diperhatikan orang, yaitu Forensik Antropologi
Kehadiran serial televisi Bones yang diperankan oleh Emily Deschanel ini memang mengangkat nama Forensik Antropologi ke muka umum. Bones merupakan adaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh seorang novelis dan Forensik Antropolog yang kini mengajar di University of North Carolina at Charlotte, Kathy Reichs. Reichs mengangkat tokoh yang bernama Dr. Temperance Brennan, yang merupakan seorang ahli di Laboratoire des Sciences Judiciaires et de Médecine Légale di Quebec, Kanada dan sama seperti Reichs sendiri, Brennan mengajar di North Carolina. Di serial televisinya, Brennan, karena profesinya sebagai Antropolog Forensik dikenal dengan Bones dan bekerja di Jeffersonian Institute Forensic Sciences Department. Tugas sekaligus keahlian Bones yang paling terkenal selain kemampuannya menganalisa budaya selayaknya seorang Antropolog, Bones memiliki keahlian yang luar biasa dalam menganalisa tulang - tulang korban kejahatan, bahkan ia bisa memperkirakan umur serta jenis kelamin tulang tersebut hanya dengan sekali melihat.
Forensik Antropologi merupakan bentuk dari Antropologi Terapan yang menggabungkan ilmu Antropologi Fisik/Biologi dengan Osteologi, atau ilmu tentang tulang juga Odontologi atau ilmu tentang gigi. Kedua ilmu tersebut, Osteologi dan Odontologi digunakan khusus dalam forensik guna mengidentifikasi tulang ataupun gigi dari mayat yang bisa jadi adalah korban kejahatan atau kecelakaan.
Antropologi memainkan peran di sini dikarenakan manusia memiliki ciri khusus dalam dirinya, termasuk dalam bentuk tulang dan giginya, dan ciri khas itu biasanya menandakan jenis kelamin, usia, gaya hidup, dan asal mereka (ras). Dan di sanalah Antropologi fisik berperan.
Bentuk fisik setiap ras di dunia memiliki perbedaan, hal tersebut dikarenakan banyak faktor, di antaranya juga faktor lingkungan dan makanan. Orang yang hidup di tempat yang tinggi memiliki otot betis yang lebih kuat dan tulang yang lebih besar di kaki, begitu juga pada atlet lari atau olahraga lain yang membutuhkan kekuatan kaki. Pada orang yang memiliki kebiasaan makan - makanan yang lembek, maka bentuk rahangnya lebih lembut dibandingkan mereka yang terbiasa makan - makanan keras (hal ini tidak lantas membuat rahang menjadi kotak, hanya lebih kuat). Dari bentuk gigi bisa lihat kebiasaan serta asal orang tersebut. Orang Asia Timur memiliki gigi depan yang lebih besar, gigi Orang Barat lebih besar - besar dll. Hal seperti ini memang dipelajari oleh Antropologi Fisik dikarenakan ciri fisik juga berhubungan dengan kebudayaan.
Kalau kalian ingat kasus yang baru - baru ini terjadi, yaitu peristiwa kecelakaan Sukhoi dari Rusia, selain mengirimkan para pecinta alam yang membantu evakuasi korban dan pencarian sisa bangkai pesawat, universitas terkenal seperti UI, UNPAD, UGM, dan UNAIR mengirimkan ahli dari FK, FKG, dan jurusan Antropologi. Ahli dari ketiga disiplin ilmu yang berlainan itu berfokus pada ilmu forensik, yaitu kedokteran forensik dan odontologi. Tugas dari kedokteran forensik adalah memeriksa mayat yang masih ada organ - organnya, otot, daging, dll. atau yang disebut sebagai mayat basah. Sementara Kedokteran Gigi bisa mengidentifikasi data seseorang melalui bentuk giginya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan, memiliki dokter gigi langganan sangat penting karena dokter gigi biasanya akan menyimpan cetakan atau gambar gigi kita yang bisa digunakan untuk kepentingan identifikasi korban. Sementara Antropologi memfokuskan pada identifikasi tulang - tulang jenazah, apalagi, korban bukan hanya orang Indonesia.
Antropologi Forensik memang merupakan sebuah cabang ilmu yang masih langka, bahkan konon di Amerika sendiri baru ada kurang dari 100 Antropolog Forensik berijazah. Konon, penyebab langkanya ahli di bidang ini dikarenakan kebanyakan ahli tulang dan gigi memang bukan orang Antropologi, banyak dari mereka yang berijazah kedokteran atau kedokteran gigi yang sebenarnya sah - sah saja, yang membedakan hanyalah mereka tidak akan disebut sebagai seorang Antropologi. Di Amerika, untuk menjadi Antropolog Forensik dibutuhkan pendidikan tinggi. Untuk pendidikan master di Antropologi, Biologi atau yang terkait maka akan ditugaskan sebagai investigator, atau melakukan pekerjaan lapangan di TKP. Sementara pendidikan Ph.d baru diperbolehkan bekerja sebagai ahli dan melakukan autopsi. Biasanya, pendidikan forensik memang spesialisasi, sama seperti dokter, dan yang menyediakan spesialisasi ini biasanya adalah jurusan Antropologi yang berfokus pada biologi/fisik. Di Indonesia, baru UGM dan UNAIR yang berfokus pada bidang Antropologi Fisik, terutama UNAIR yang memiliki program magister Ilmu Forensik.
Selain untuk mengidentifikasi identitas kerangka, Antropologi forensik juga digunakan untuk melihat penyebab kematian dari pemilik kerangka, dan bila ditemukan maka akan ada bekas - bekas seperti fraktur, bekas kecelakaan, cacat, penyakit, dsb. Bekas seperti tulang yang retak, lubang, atau patahan bisa dicurigai sebagai penyebab kematian.
|
George Amos Dorsey |
Sejarah Forensik Antropologi bermula pada 1890an. Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 memang banyak ilmu baru di bidang forensik yang bermunculan, seperti balistik dan entimologi (ilmu tentang serangga) dan termasuk pula Antroplogi forensik yang digunakan utnuk memecahkan kasus Adolph Luetgert. Di dalam pabrik sosis Luetgert, ditemukan potongan tulang dan kebetulan juga istri Luetgert sudah lama menghilang. Potongan tersebut dcurigai sebagai tulang dari istri Luetgert dan ia ditahan karenanya. Jaksa memanggil George Amos Dorsey, seorang Antropolog yang senang bertualang dan juga ahli tulang. Tugasnya adalah memastikan bahwa tulang itu milik manusia, bukan anjing atau babi yang memang memiliki bentuk tulang mirip dengan tulang manusia. Tentu pada masa itu belum ada peralatan canggih dan ilmu yang cukup sehingga Dorsey harus menentukan tulang apa itu secara manual. Dan untuk pertama kalinya Antropologi Forensik digunakan untuk menyeret seseorang ke penjara.
Saudara dekat dari Antropologi Forensik adalah Arkeologi Forensik. Kedua - duanya sama - sama mengamati tulang belulang, yang membedakan hanyalah masanya. Arkeologi forensik berguna untuk menganalisa penyebab kematian dari tulang belulang di masa lampau.