Antropologi Kuliner

Ketika membaca tulisan di mading jurusan, saya langsung berbahagia. Bagaimana tidak, tulisan di mading tersebut mengenai Antropologi Kuliner! Jujur saja, bahkan sebelum saya berada di jurusan selama satu semester, saya sudah berandai - andai kalau - kalau ada mata kuliah Antropologi Kuliner dengan dosen ahli kuliner terkenal seperti Andrew Zimmern, Anthony Bourdain, dan Pak Bondan Winarno. Apalagi kalau lebih banyak praktek daripada teori :D



Tentu saya punya alasan mengapa fantasi saya bisa sampai pada mata kuliah Antropologi Kuliner. Bukan hanya karena dari skala 1-10 nafsu makan saya itu 11, tapi karena makanan juga merupakan bagian dari kebudayaan. Apalagi, Indonesia memiliki keragaman kulinari yang luar biasa, berbagai cita rasa, berbagai gaya penyajian, dan dibuat dari berbagai macam bahan. Dan karena keragaman ini, perut Orang Indonesia bisa dikatakan kebal pada hampir semua jenis makanan.



Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas kulinarinya, baik itu makanan berat, makanan ringan, atau sekedar minuman. Kita lihat saja, di Sumatera, karena kentalnya percampuran budaya Melayu, India, dan Timur Tengah, makanannya cenderung pedas, berlemak, dan kuat dalam penggunaan rempah - rempahnya. Bandingkan dengan Orang Sunda yang makanannya cenderung 'natural saja', lalapan, tempe-tahu, dan sambal. Lalu Orang - orang Jawa sangat menyukai makanan manis. Beberapa teman saya yang berasal dari Sumatera mengeluhkan hal ini ketika kami berada di Yogyakarta, karena makanan manis bertemu nasi memang asing bagi lidah mereka yang terbiasa dengan pedas. Tidak hanya citarasa, keadaan geografi pun mempengaruhi makanan khas suatu daerah. Di Banjarmasin misalnya, karena dikenal sebagai Kota Seribu Sungai, hidangan yang terbuat dari ikan air tawar mendominasi  kulinari di daerah ini.

Indonesia memang harus sangat berbangga pada keragaman kulinarinya. Bagaimana tidak, rendang adalah makanan terenak di dunia, tempe terkenal di kalangan vegetarian di luar negeri, bakso, satai dan nasi goreng adalah makanan favorit Obama, dan gado - gado memenangkan kontes makanan internasional. Bagi yang menonton acara No Reservation di TLC, sang pembawa acara dan ahli kulinari terkenal, Anthony Bourdain mengatakan makanan Indonesia adalah salah satu favorit dan ia adalah satu dari sedikit orang barat yang tahan terhadap sambal Indonesia dan makan di pinggir jalan. Bourdain menikmati betul makan nasi uduk di pinggir jalan dengan tempe orek. Meski begitu, Bourdain mengaku tidak menyukai dodol Garut dan lebih memilih durian serta Indonesian Pancake (Surabi). Gambar di bawah diambil ketika Bourdain berada di Garut dan menonton sabung ayam, kemudian menikmati jajanan sekitar serta nasi goreng nasi di warung kecil.



Kembali ke Antropologi Kuliner. Dalam blog seorang Antropolog dari Filipina, jargon you are what you eat harus sangat diperhatikan dengan serius oleh para Antropolog. Karena, makanan bukan sekedar dibuat dan dimasukan ke dalam perut, tapi ada makna di dalamnya, ada cerita, dan ada filosofi, baik itu dilihat dari bahannya maupun pengolahannya. Saya ingat betul ketika masih dalam masa Inisiasi (ospek di jurusan Antropologi seluruh Indonesia, juga berarti upacara serta ujian yang dijalani seseorang sebelum masuk ke dalam sebuah lingkungan) tugas kami adalah mencari resep makanan berfilosofi. Rendang adalah salah satu makanan dengan filosofi yang dalam, yaitu:

-Daging menyimbolkan niniak mamak. Mamak dalam budaya Minangkabau yang matrilineal adalah seorang wanita yang memimpin keluarganya. Daging juga menyimbolkan pada bangsawan di Minangkabau dan yang dituakan .
-Kelapa menyimbolkan cadiak pandai, kaum cerdik cendikiawan.
-Lado (pedas) menyimbolkan alim ulama.
-Pemasak (rempah - rempah) menyimbolkan masyarakat.

Keempat elemen ini adalah elemen masyarakat yang ada dalam musyawarah.

Selain rendang, bahkan makanan sederhana seperti telur dadar pun memiliki filosofi. Anda pasti tidak asing dengan cerita sebutir telur untuk memberi makan satu keluarga, karena itu, telur pun didadar agar semua kebagian rata. Lalu saya mendapat makanan doclang, makanan khas Cirebon yang konon karena rasa dan kehangatannya, dapat menghindarkan pembunuhan seorang pangeran.

Ilmu yang mempelajari makanan sendiri sebenarnya disebut dengan Gastronomi (dari Bahasa Yunani gastron yang berarti perut dan nomos yang berarti hukum yang berlaku). Gastronomi juga mempelajari seni dalam penyajian makanan. Dalam gastronomi, elemen dari masakan yang harus diperhatikan selain rasa adalah tehnik penyajian, kandungan nutrisi, ilmu kulinari, bahkan aromanya. Prinsip dari gastronomi adalah makanan yang baik. Sementara istilah gourmet berhubungan dengan budaya dan kulinari.




Tidak hanya mengenai kisah di dalam makanan, Antropologi Kuliner juga melihat hubungan antara makanan dan efeknya kehidupan manusia, bahkan gender dan bentuk tubuh manusia.

Bila Anda menggoogling Antropologi kuliner, Anda akan menemukan beberapa website yang ditulis oleh para Antropolog Kuliner. Dan kebanyakan dari mereka menjadi Antropolog Kuliner untuk menggabungkan dua hal, kecintaan mereka pada travelling dan makanan. Mungkin Anda sudah mengerti alasannya mengapa, memang itulah 'pekerjaan' para ahli kuliner, travelling dan makan. Anna Colquhuon adalah seorang Antropolog dari Inggris yang menspesialisasikan dirinya pada kuliner.




Memang kuliner adalah salah satu unsur kebudayaan yang dicintai banyak orang. Karenanya, Antropologi pun memperhatikan bagaimana makanan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kehidupan manusia. Salah satu contoh hubungan antara makanan dan kehidupan sehari - hari manusia adalah makanan cepat saji cenderung lebih banyak menjamur di tempat - tempat yang tingkat aktivitas warganya sangat tinggi, di kota - kota besar misalnya, makanan cepat saji termasuk makanan di warung - warung dan rumah makan Padang (ya, mereka memang cepat saji! Cepat saji bukan hanya untuk makanan sejenis McD atau KFC) biasanya menjadi pilihan di kalangan mereka yang sangat sibuk dan hanya memiliki sedikit waktu untuk makan. Di Amerika, kebiasaan makan junk food ini memberi dampak pada kesehatan yang sangat serius karena junk food (yang ini tidak termasuk makanan Padang atau warung, karena masakannya tidak diberi pengawet) dan makanan beku menggunakan banyak sekali pengawet. Selain itu, makanan cepat saji seperti ini mengurangi kebersamaan. Bandingkan dengan budaya makan besar dalam satu meja bersama keluarga atau teman, tentu kebersamaan dan keakraban bisa lebih terjalin karena di waktu makan seperti ini adalah kesempatan dimana keluarga bisa berkumpul dan bercengkrama.


Bahkan, pengaruh makanan tidak sampai di situ saja. Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh dosen saya, beliau menuliskan ada istilah makanan panas dan makanan sejuk. Pembagian makanan ini memang dikenal dalam Islam dan makanan Cina (Yin dan Yang). Konon, makanan panas seperti daging terutama kambing membawa sensasi panas dalam tubuh yang membuat penikmatnya lebih emosional dan agresif, sementara makanan dingin seperti sayur dan buah membuat manusia lebih tenang. Karenanya, penting menyeimbangkan kedua makanan tersebut untuk mencapai keseimbangan dalam hidup.


Saya sendiri belum tahu, akan seperti apa mata kuliah Antropologi Kuliner itu. Namun, kurang lebih inilah yang saya dapatkan dari berbagai website. Dan harapan saya? Mata kuliah ini 90% praktek dan 10% teori :DDD

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

2 Response to "Antropologi Kuliner"

  1. Anindita says:
    15 October 2018 at 08:12

    baca ini jadi pengen ngambil matkul antropologi kuliner di semester 4 nanti! hahaha.
    oiya salam kenal aku antro ub hehe

  2. Sumarni says:
    15 September 2019 at 07:00

    Agen Judi Online Deposit LinkAja, Banyaknya aplikasi uang digital saat ini, seperti tcash atau sekarang telah berubah menjadi LinkAja adalah satu diantara aplikasi uang digital yang terbaik saat ini. Kok bisa? Sebab, kalau kamu memakai Aplikasi LinkAja maka kamu tak perlu ke ATM lagi dan melakukan Setor Tunai setiap ingin menambah saldo.

    Bila kamu adalah type orang yang enggan dan malas untuk melakukan topup atau pengisian ulang saldo ke bank. Aplikasi Linkaja merupakan salah satu jalan keluar tepat bagi kamu, Aplikasi LinkAja (T-Cash) ini tidak membutuhkan top up berulang kali bila kamu telah memiliki Rekening Bank Lokal Di Indonesia.

    Info selengkapnya bisa klik link disamping : https://www.linkaja88.com/agen-judi-online-deposit-linkaja/

Post a Comment